Paragraf deduktif adalah paragraf yang
ide pokok atau kalimat utamanya terletak di awal paragraf dan
selanjutnya di ikuti oleh kalimat kalimat penjelas untuk mendukung
kalimat utama.
ciri-ciri paragraf deduktif :- Kalimat utama berada di awal paragraf.
- Kalimat disusun dari pernyataan umum yang kemudian disusul dengan penjelasan.
Contoh Paragraf Deduktif :
Pendidikan Kesenian Di Sekolah
Pendidikan kesenian di sekolah, hingga kini, masih belum mendapatkan perhatian serius. Departemen Pendidikan Nasional yang membidangi, juga kurang memberikan perhatian serius. Sekolah-sekolah yang masih menunggu petunjuk dari Depdiknas menempatkan kesenian bukan sebagai hal mendesak. Akibatnya, pendidikan kesenian disekolah hanya bejalan ala kadarnya.
Di sisi lain, pihak sekolah kadang-kadang masih memandang kesenian dengan sebelah mata dibandingkan dengan bidang lain, seperti olahraga. Banyak sekolah menganggap dirinya mampu mencetak atlet yang hebat. Sekolah-sekolah tersebut lebih bersemangat memajukan bidang olahraga. Kebijakan pengembangan potensi olahraga bagi siswa-siswi di sekolah pun anggarannya tidak sebanding dengan pengembangan kesenian. Contoh nyata, pembangunan sarana olahraga jauh mengalahkan ketersediaan saran berekspresi kesenian, bahkan juga mengalahkan kepentingan yang paling mendasar seperti perpustakaan.
Sekolah membangun aula megah dan mahal. Ruang kesenian tanpa bentuk berada di situ. Sesungguhnya, dalam buku petunjuk teknis mata pelajaran kesenian, tertera kata "laboratorium" sebagai ruang praktek kesenian di sekolah. Akan tetapi, tak ada satu pun ruang khusus untuk kegiatan kesenian, seperti menari, melukis, main drama, baca puisi, atau menari harus berupa ruang kedap suara. Dengan demikian, tidak menganggu lingkungan jika praktek dilakukan.
Tuntutan membangun ruang kedap suara pasti dianggap berlebihan, mewah dan hanya untuk di sekolah khusus kesenian. Bahkan, sekolah bisa dituduh terlalu jauh dan menyeret anak-anak untuk jadi seniman. Hal yang lebih parah lagi kata-kata "menyenimankan siswa". Kata-kata itu cenderung dianggap provokasi buruk karena melahirkan anak-anak yang liar, brutal, mengancam tata tertib, serta memberi pekerjaan tambahan kepada guru untuk menjaga rambu-rambu sekolah.
Sumber : Tim Edukatif. Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA kelas XII. Jakarta : Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar